Beberapa hasil jahitan saya yg fotonya masih tersimpan di hp. Semoga lain kali bisa menuliskan 'sew along' proyek berikutnya.
Sabtu, 17 Mei 2014
Senin, 05 Mei 2014
Jarang Romantis
Beberapa bulan lalu, ketika jam pulang kantor saya dan si
sulung (2 tahun) mampir ke tempat kerja suami. Setelah pekerjaan hari itu
selesai kami bertiga ke parkiran motor untuk kemudian pulang. Saat bersiap naik
motor, suami membantu saya untuk memakai helm karena tangan saya sedang
memegang si sulung, tiba-tiba dari belakang kami terdengar “Cieee…
romantisnya!” yang ternyata teman-teman kantor suami yang masih berstatus
sebagai lajang. Suami langsung membalas “Makanya cepet nikah,” sementara saya
hanya nyengir.
Dalam perjalanan pulang terjadi monolog di kepala saya.
“Emang makein helm
romantis ya?”
“Iya sih romantis, tapi mengapa nggak terasa romantis ya?”
Akhirnya saya berkesimpulan karena saya sudah terbiasa
dengan itu sehingga greget romantisnya berkurang. Seperti halnya dulu sebelum
menikah saya selalu terkesan ketika menyaksikan di sinetron/drama/film dimana
tokoh pria menyiapkan masakan special untuk wanita pujaan hati, tapi setelah
menikahi seorang pria yang hobi masak saya menjadi “biasa saja” ketika
menyaksikan itu semua.
Kesimpulan lanjutan saya adalah bahwa sebagian besar wanita (atau
paling tidak saya sendiri) akan menganggap sesuatu romantis jika hal tersebut
jarang terjadi. Seperti teman-teman kantor suami yang mengatakan romantis
terhadap tindakan kecil kami karena mungkin mereka jarang mengalami.
Sejak peristiwa tersebut, ditambah hasil mengikuti posting
di Sekolah Pernikahan, saya kembali mencoba lebih menghargai setiap tindakan
suami. Berusaha memberikan sikap terbaik atas hal-hal yang biasa suami lakukan,
menjadikannya sesuatu yang luar biasa. Ketika ngambek karena merasa sebal dengan suami berusaha
mengingat kebaikan suami, bahwa suami romantis dengan cara yang tidak biasa.
Pada kesempatan lain nonton K-drama bareng suami, pas ada
adegan pemeran utama pria dan wanita melihat kembang api bersama, saya nyletuk “Wah romantisnya.” Niat hati
nyletuk demikian agar suami ngajakin
nonton kembang api. Tapi suami malah jawab ”emang
kayak gitu romantis?”. Saya kehilangan kata-kata. Ingin rasanya protes ,
tapi akhirnya berfikir, jangan-jangan saya menganggap suami tidak romantis
karena kami mempunyai pengertian yang berbeda tentang romantis.
So, ibu-ibu, jika merasa suami tidak romantis, jangan-jangan
frekuensi kita dengan pasangan tidak sama dalam hal romantis. Wanita biasanya
menganggap hal-hal yang sering dilakukan pemeran utama dalam drama adalah hal
romantis, sementara pria? Entahlah, belum sempat saya Tanya ke suami bagaimana
pendapatnya tentang romantis. Dan karena pria di dunia nyata tidak mempunyai
sutradara dan penulis scenario yang akan mengarahkan mereka untuk bertindak
romantis ala drama, jadi sebaiknya jangan gunakan standar drama untuk menilai
keromantisan pasangan kita.
Terakhir, untuk lelakiku yang mencintaiku dengan caranya
yang tidak biasa, yang selalu romantis setiap harinya (meski terkadang lupa
bahwa dirimu lelaki ter-romantis sedunia)
Happy anniversary dear…
Terima kasih atas segala kesabaranmu
Terima kasih atas pengertianmu
Terima kasih telah membuatku merasa wanita teristimewa
dengan caramu yang sederhana
Terima kasih telah memilih dan menerimaku
Terima kasih kau cinta aku
Terima kasih untuk 4 tahun perjalanan yang luar biasa
Terima kasih
Aku mencintaimu, suamiku.
Tulisan ini dimuat di web Sekolah Pernikahan
Langganan:
Postingan (Atom)