Pernah melahirkan normal satu
kali tidak membuat saya menjadi orang yang berpengalaman melahirkan, karena
setiap peristiwa hamil-bersalin-melahirkan-menyusui bisa menjadi rangkaian yang
selalu berbeda meskipun dialami oleh wanita yang sama.
Kehamilan yang ketiga ini
merupakan sebuah kehamilan yang diharapkan tapi tidak direncanakan. Diharapkan
setelah kejadian blighted ovum pada kehamilan kedua, tidak direncanakan karena
kami masih dalam masa penyusuan anak pertama.
Dari kehamilan pertama kami
merencanakan untuk menyusui Hanan paling tidak selama 3 tahun, oleh karenanya
ketika hamil kami memutuskan untuk tetap menyusui selama hamil atau nursing while pregnant (NWP). Kontraksi
ringan menjadi hal yang biasa, dan proses menyusui terus berjalan hingga bulan
ketujuh kehamilan berakhir, karena ketika itu saya terpaksa menginap di rumah
sakit dan menjadi menyakitkan jika Hanan tetap menyusu.
Usia kehamilan tujuh bulan dengan
melihat hasil USG, dokter menyatakan posisi janin oblique dengan kepala di
rusuk kanan dan pantat di atas panggul kiri. Dokter menyarankan untuk
memperlama sujud guna membantu bayi berputar. Dua minggu kemudian mengunjungi
bidan yang kami rencanakan akan membantu persalinan. Melalui perabaan perut
bidan menyatakan posisi masih oblique tapi kepala sudah ada dibawah.
Pada kunjungan ke dokter
berikutnya, pada saat UK 8 bulan, dokter menyatakan posisi masih oblique dengan kepala di atas.
Dan kali dokter sudah menyarankan untuk mengambil pilihan SC, karena
kemungkinan untuk bayi berputar semakin kecil.
Galau? Tentu. Akhirnya memutuskan
untuk menemui dokter lain untuk mendapatkan pendapat kedua. Kali ini kami
menemui dokter yang sudah dikenal pro normal. Dokter tersebut terkenal dengan
antrian hingga dini hari dan booking-nomor-hari-ini-untuk-periksa-bulan-depan,
tapi dengan kekuatan silahturahmi
;) kami mendapat nomor antrian
khusus sore untuk hari itu juga. Diagnosis dokter keduapun sama, tapi di akhir
sesi konsultasi dokter menyatakan tetap bisa melahirkan normal meskipun posisi
sungsang.
Pada saat itu kami bingung,
apakah kami akan membantu bayi berada pada posisi sungsang sempurna dengan
kepala di atas, atau turun pada posisi vertex, atau langsung ambil keputusan
untuk SC. Bahkan saya sendiri bingung harus meminta apa dalam doa saya. Ada
ketakutan saya akan kecewa ketika saya meminta untuk lahir normal ternyata
Allah berkehendak untuk saya melahirkan untuk SC. Saya takut bahwa saya tidak
bisa menerima apapun yang Allah berikan, juga takut berharap terlalu tinggi
bahwa bayi akan berputar kemudian lahir normal. Sampai akhirnya saya hanya
mampu berdoa agar saya selalu bersyukur dan bersabar dengan semua proses
persalinan yang harus saya hadapi. Jika ada ungkapan “man propose, Allah
dispose” maka proposal saya waktu itu hanya berisi harapan tentang sabar dan
syukur. Tidak ada visualisasi bahwa janin berputar, lalu saya akan melahirkan
nyaman dll. Karena saya tahu diri saya sendiri, jika saya sangat berharap akan
sesuatu tapi keputusan Allah lain saya pasti akan kecewa. Dan saya tidak ingin
larut dalam kecewa di awal-awal masa menyusui dimana manajemen stress sangat
dibutuhkan.
Meski tidak berharap terlalu
tinggi, kami tetap mengusahakan secara maksimal. Selama satu bulan kami
melakukan banyak hal untuk membantu janin berputar. Knee-chest, invertion,
rebozo, memancing dengan cahaya senter, kompres panas dingin, mengoles
peppermint essential oil dan lainnya. Kami juga mengunjungi paraji yang bisa
membantu memutar bayi. Sang paraji tidak melakukan pijatan yang secara nyata
memutar bayi, hanya memposisikan bayi sehingga lebih mudah berputar, proses
pemijatan juga tidak berlangsung lama karena kami pijat pagi di hari kerja.
Keesokkan harinya ketika pijat lagi, beliau mengatakan bayi sudah berputar,
yang awalnya posisi pantat telah diisi kepala. Ternyata ketika periksa USG
keesokan harinya posisi janin sama sekali tidak berubah -_- . Namun demikian
kami tidak merasa rugi dengan semua usaha yang dilakukan. Semua kegiatan
tersebut, terutama pijat, berhasil meringankan tekanan di pelvic dan membantu
kami melewati masa-masa hamil tua dimana kaki kecil janin yang kadang menendang
sendi paha dan membuat kehilangan keseimbangan.
Pada kunjungan terakhir ke dokter
pertama, posisi janin tidak berubah. Kami mulai membicarakan tentang scenario
operasi. Sebenarnya kami ingin menanti sampai kontraksi muncul, tapi dokter
menyarankan untuk operasi terjadwal karena khawatir tali pusat membumbung,
yaitu keadaan dimana ketuban telah pecah dan tali pusat keluar. Resiko ini
lebih besar pada janin dengan posisi sungsang disbanding dengan bayi pada
posisi vertex. Pada posisi vertex jalan lahir tertutup oleh kepala bayi
sehingga celah yang tersedia lebih kecil, sedangkan pada posisi sungsang masih
celah yang tersedia lebih besar karena jalan lahir tidak tertutup sempurna.
Apalagi posisi kami berada oblique dimana tidak ada yang menghalangi jalan
lahir.
Kamipun melakukan kunjungan akhir
(15 Februari 2014) ke dokter kedua. Dokter menyatakan tidak bisa memutar bayi
dari luar dengan metode ECV (External
Cephalic Version) karena posisi kepala janin berdekatan dengan plasenta.
Kemungkinan untuk sungsang sempurna juga tidak memungkinkan karena posisi
plasenta berada di atas sehingga bayi tidak bisa masuk. Satu-satunya harapan
(ketika itu) untuk lahir normal adalah bayi berputar pada posisi vertex. Dokter
menyatakan untuk operasi jika posisi janin tidak berubah, dokter tidak
memberikan opsi melahirkan normal jika masih oblique dengan kepala di atas.
Dokter juga menyatakan untuk operasi terjadwal ketika kami menanyakan
kemungkinan untuk operasi ketika sudah masuk kala persalinan karena khawatir
fetal distress.
Diskusi kami menghasilkan untuk
operasi terjadwal tanggal 22 Februari 2014, dengan pertimbangan: tanggal 18 ada
event kantor, 19 menyelesaikan pekerjaan berhubungan dengan event tanggal 18
dan seluruh surat ijin kuliah, 20 mulai cuti bersantai di rumah dan ke salon,
21 kedua orang tua dating dari jawa, dan tanggal 22 ke RS untuk operasi.
Setelah keputusan tersebut saya
mulai mencari info tentang perawatan pasca operasi, apa saja yang bisa membantu
mempercepat penyembuhan bekas sayatan, bagaimana mengurangi rasa sakit dan
beberapa hal lain. Saya tipe orang yang ingin mempunyai gambaran apa yang akan
dihadapi, sehingga toleransi untuk kemungkinan terburuk semakin meningkat.
Tapi manusia berencana, Alloh
yang menentukan segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar